A. KLASIFIKASI ILMIAH PEGAGAN
|
Tanaman Pegagan |
Klasifikasi ilmiah adalah cara ahli biologi mengelompokkan dan mengkategorikan spesies dari organisme yang punah maupun yang masih hidup, Klasifikasi (pengelompokan) merupakan suatu cara memilah dan mengelompokkan makhluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu.
Urutan klasifikasi makhluk hidup mulai dari tingkat tertinggi ke terendah (yang sekarang digunakan) adalah Domain (Daerah), Kingdom (Kerajaan), Phylum atau Filum (hewan)/Divisio (tumbuhan), Classis (Kelas), Ordo (Bangsa), familia (Suku), Genus (Marga), dan Spesies (Jenis).
Kingdom
:
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
:
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super divisi
:
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisio (Pembagian)
:
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Classis (Kelas)
:
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
:
Rosidae
Ordo (Bangsa)
:
Apiales
Familia (Suku)
:
Apiaceae
Genus (Marga)
:
Centella
Species (Jenis)
:
Centella asiatica (L.) Urban
Nama Latin (Binomial)
:
Centella Asiatica L.Urban
Nama Lokal
: Di Aceh orang menyebutnya Pegaga
Daun kaki kuda (Melayu)
Ampagaga, Kerok batok (Batak)
Taidah (Bali)
Sandanan (Irian)
Kori-kori (Halmahera)
Antanan gede, Antanan rambat (Sunda)
Dau tungke (Bugis)
Kos tekosan (Madura)
Nama lokal Lainnya
: Pegagan, Gagan-gagan, Rendeng, Daun kaki kuda, Rumput kaki kuda, panegowang, Tikusan, Piduh, Kisukisu
Nama Inggris
: Spadeleaf, pohekula, broken copper coin, buabok
Nama Pilipina
: Takip kohol
Nama Cina
: Beng da wan, han ke cao, ji xue cao (Hanzi)
Nama Belanda
: Devoet
Nama India
: Gotu kola
.
Bagian tanaman yang digunakan : Seluruh tanaman
Cara budidaya
: Menggunakan stolon dan akar tunggang (bonggol). Stolon berakar/bertunas dipotong-potong sepanjang 2.5 cm dan tanam langsung. Dalam 14 hari sudah tumbuh.
B. CIRI-CIRI PEGAGAN
|
Tanaman Pegagan |
Pegagan merupakan tumbuhan liar yang hidup di dataran rendah, sampai ketinggian sekitar 2.500 m di atas permukaan air laut.
Secara farmakologis, tanaman pegagan memliki rasa manis dan sejuk, dan merupakan jenis tanaman liar yang tumbuh merambat, banyak tumbuh di perkebunan, ladang, tepi jalan, serta pematang sawah dan sering digunakan sebagai tanaman sayur (lalapan).
Akar pegagan keluar dari setiap bongol, memiliki banyak cabang, dan membentuk tumbuhan baru. Helai daun berjenis tunggal, dengan panjang tangkai sekitar 5cm-15cm berbentuk ginjal. Memiliki tepi daun yang bergerigi atau beringgit, dengan penampang 1-7cm tersusun dalam roset yang terdir atas 2-10 helai daun, dan kadang agak berambut. Bunga berwarna puih atau merah muda, tersusun dalam karangan berupa paying, tunggal atau 3-5 bersama-sama keluar dari ketiak daun. Tangkai bunga 5-50mm, buah kecil bergantung, bentuknya lonjong/pipih panjang 2-2,5mm, baunya wangi dan rasanya manis agak sedikit pahit.
Pegagan merupakan tanaman herbal tahunan yang tumbuh menjalar dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman ini akan tumbuh subur apabila tanah dan lingkungannya sesuai (biasanya lingkungan yang agak lembab), sehingga kadang dijadikan sebagai penutup tanah.
Bentuk daun pegagan bulat, batangnya lunak, beruas, dan menjalar hingga bisa mencapai semeter tingginya.
Jenis pegagan yang banyak dijumpai adalah
pegagan merah dan
pegagan hijau. Pegagan merah dikenal juga dengan antanan kebun atau antanan batu karena banyak ditemukan di daerah bebatuan, daerah kering dan terbuka. Pegagan merah tumbuh merambat dengan stolon (geragih) dan tidak mempunyai batang, tetapi mempunyai rhizoma (rimpang pendek).
Pegagan hijau sering banyak dijumpai di daerah pinggir pesawahan dan disela-sela rumput. Tempat yang disukai oleh pegagan hijau yaitu tempat yang agak lembab dan terbuka atau agak ternaungi.
Selain itu, ada pula tanaman yang mirip pegagan atau antanan ada empat jenis yaitu antanan kembang, antanan beurit, antanan gunung dan antanan air.
Centella terdiri dari sekitar 40 spesies dengan ragam yang berbeda-beda di Indonesia, dimana penyebarannya agak terbatas, kecuali C.asiatica yang penyebarannya cukup luas sampai Asia Tenggara dan meluas ke berbagai negara sub-tropis.
Tanaman ini berasal dari daerah Asia Tropik dan tersebar di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, India, Republik Rakyat Tiongkok, Jepang dan Australia kemudian menyebar ke negara-negara lain.
Di Negara Sri Lanka, dikenal suatu olahan dari pegagan, dinamakan "
mallung", dimana pegagan disajikan bersama dengan nasi dan kari. Bahan lain pada "mallung" selain irisan lembut pegagan adalah kelapa parut, irisan cabai hijau, 1/4 sendok teh bubuk cabai, 1/8 sendok teh bubuk kunyit, dan air jeruk lemon. Masakan lainnya adalah "
Kola Kenda", yaitu sejenis bubur beras merah dengan santan kelapa dan perasan air pegagan.
C. KOMPOSISI / KANDUNGAN ZAT PEGAGAN
Zat yang terkandung di dalam tanaman pegagan diantaranya adalah : memiliki kandungan asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Zat vellarine yang ada memberikan rasa pahit.
Diduga glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside merupakan antilepra dan merupakan penyembuh luka yang sangat luar biasa.
D. MANFAAT DAN KHASIAT TANAMAN PEGAGAN
Selain untuk dimakan, pegagan juga dikenal memiliki reputasi yang baik sebagai
tanaman obat, tanaman ini telah lama dicantumkan dalam pengobatan tradisional Cina dan India (
ayurveda). Di dalam ayurveda, disebutkan bahwa pegagan (gotu kola) adalah penguat otak yang mujarab. Tanaman ini mendukung dan meningkatkan daya ingat. Disebutkan pula bahwa pegagan memiliki sifat "
vayasthapana", artinya pencegah penuaan.
Pegagan memiliki efek sedang untuk anti bakteri, anti virus, dan anti inflamasi (radang). Selain itu ia juga merupakan tonik (penguat) untuk otak, dan perangsang sirkulasi dalam tubuh. Jika dimakan mentah, pegagan dipercaya dapat membuat awet muda.
Air perasan pegagan juga telah lama dipercaya mampu mengatasi hipertensi, sedangkan daun sisa perasan tersebut dapat digunakan sebagai tapal untuk mengobati luka terbuka. Beberapa penelitian melaporkan bahwa tapal daun pegagan memang membantu penyembuhan luka karena pegagan merangsang pembentukan kolagen tipe I, yang berfungsi untuk meredakan radang akibat luka.
Pegagan juga sering digunakan untuk menurunkan gejala stres dan depresi oleh para ahli tanaman herbal.
Di negara-negara Eropa, para ahli kesehatan juga telah memanfaatkan tanaman yang tumbuh subur di daerah lembab dan basah ini untuk memperbaiki daya ingat dan menghambat kemunculan penyakit pikun pada usia lanjut. Sementara di Indonesia, tanaman ini disebut juga Ginko Biloba, karena khasiatnya yang dapat menajamkan daya ingat seseorang. Khasiatnya bisa dirasakan hanya dengan memakan daunnya sebagai lalap.
Tanaman yang hampir seluruh bagiannya dapat dimanfaatkan ini (seperti daun dan batangnya) juga ampuh mengatasi beberapa penyakit lainnya, seperti mengatasi selulit, keputihan, bau mulut, radang hati (hepatitis), batuk kering, batu ginjal, hipertensi, lepra dan radang prostat.
Tanaman pegagan berkhasiat sebagai antirematik, antitoksik (anti racun), pembersih darah, menghentikan perdarahan (hemostatis), mengurangi tekanan darah tinggi, infeksi batu saluran kencing, kencing keruh, susah kencing, pembengkakan hati, campak, bisul, mata merah, batuk darah, muntah darah, batuk kering, mimisan, demam, radang amandel, sakit tenggorokan ,bronchitis, dll. Hal itu berkaitan dengan kandungan senyawa yang dimiliki pegagan, yaitu asiaticiside, thankuniside, medecassoside, brahmoside, brahminoside, madastic acid, vitamin B1, B2, dan B6.
Dari berbagai penelitian in vitro terhadap tanaman pegagan, telah ditemukan kemampuan tanaman ini dalam menghancurkan berbagai bakteri penyebab infeksi, seperti
Staphylococcus aureus,
Escherechia coli,
Pseudomonas aeruginosa,
Salmonella typhi, dan sejenisnya. Sementara dalam bentuk infus atau ekstrak etanol, tumbuhan ini juga dipercaya dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Secara empiris, tanaman pegagan biasa digunakan sebagai tonik, antiinfeksi, antirematik, penenang, mempercepat penyembuhan luka, dan diuretik. Berbagai penelitian telah dilakukan guna mendukung manfaat empirisnya.
Penelitian yang dilakukan membuktikan bahwa, estrak air pegagan ternyata dapat melawan bakteri yang menyebabkan infeksi pada saluran napas.
pegagan termasuk kelompok tanaman yang menghasilkan zat seperti antibiotika dan asiaticoside.
Sebuah penelitian telah dilakukan dengan menginokulasi binatang percobaan marmut dengan bakteri basilus tuberkulosis selama 15 hari. Kemudian dilakukan injeksi 0,5 ml 4% asiaticoside yang diberikan pada marmut. Setelah diuji hasilnya, ternyata asiaticoside terbukti dapat mengurangi jumlah lesi tuberkular di paru-paru, hati, dan limpa. Senyawa asiaticoside membuat pegagan tak hanya dapat menghambat pertumbuhan bakteri tuberkulosis, tapi juga berpotensi sebagai imunomodulator (peningkat daya tahan tubuh).
Senyawaan glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside dan senyawaan sejenis juga mempunyai khasiat anti lepra (Morbus Hansen).
Tak mengherankan bila pemilik nama latin
Centella Asiatica ini memiliki banyak khasiat untuk kesehatan. Bahkan sejak ratusan lalu pegagan sudah dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai herba untuk menambah vitalitas syaraf dan sel otak .
Namun pegagan
tidak dianjurkan di konsumsi perempuan hamil atau yang sedang berusaha memiliki anak. Mengapa? Hal ini terjadi karena, sebagian kandungan zat di dalam tanaman ini diklaim memiliki efek mengurangi kesuburan.
Kebanyakan pegagan dikonsumsi segar untuk lalapan, tetapi ada yang dikeringkan untuk dijadikan teh, diambil ekstraknya untuk dibuat kapsul atau diolah menjadi krem, salep, obat jerawat, maupun body lotion.
Sejak zaman dahulu, pegagan telah digunakan untuk obat kulit, gangguan saraf dan memperbaiki peredaran darah. Masyarakat Jawa Barat mengenal tanaman ini sebagai salah satu tanaman untuk lalapan.
E. TESTIMONI PEGAGAN
|
Tanaman Pegagan |
Seorang teman pernah bercerita, betapa frustrasinya ia mengobati penyakit tuberkulosis (TB) paru-paru yang diidapnya. Diobati memakai obat-obatan, si penyakit tetap saja ada. Ia juga panik, karena mendengar kabar bahwa bakteri TB bisa kebal terhadap gempuran obat yang diracik apotik. Untunglah, pada saat hampir frustrasi, ia “menemukan” pegagan.
Menjalani hidup sebagai penderita TB paru-paru memang tidak gampang. Jika tidak disiplin dan ulet, alih-alih sembuh, pasien bisa mati karena bosan. Maklum, proses penyembuhan TB, selain cukup sulit, juga makan waktu yang tidak sebentar, yaitu berkisar antara 3 – 6 bulan. Itu pun dengan catatan, pasien harus disiplin minum obat dan rajin memeriksakan diri ke dokter.
Karena lamanya proses pengobatan itulah (apalagi jika disertai kendala biaya) yang biasanya kerap menyebabkan pasien frustrasi. Ya frustrasi karena minum obat, ya bosan karena menanggung derita.
Padahal, disiplin minum obat menjadi faktor penting yang menjadi penentu dalam proses penyembuhan TB. Pengobatan yang tidak tuntas dapat menyebabkan bakteri TB resisten terhadap beragam obat konvensional, termasuk obat kombinasi.
Dengan kata lain, pasien TB sebenarnya dilarang keras menoleransi kata bosan, apalagi sampai putus asa. Itulah sebabnya, buat teman tadi, perjumpaan dengan pegagan dan kawan sejawatnya menjadi sangat berarti. Paling tidak, ia merasa tak “sendiri” lagi menghadapi tuberkulosis. Ketika banyak sanak saudara dan handai taulan menjauh lantaran takut tertular, pegagan dan kawan-kawan dapat menjadi teman yang paling setia.
Nah, Melihat banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari tanaman pegagan ini, maka tidak ada salahnya apabila kita mulai menanam tumbuhan herbal ini di lingkungan pekarangan tempat tinggal masing-masing agar dapat kita gunakan sewaktu-waktu ketika dibutuhkan.
Dengan cara yang tepat, pegagan dapat dijadikan pilihan alternatif dalam mengatasi berbagai gejala gangguan kesehatan yang dialami oleh tubuh kita.