|
Jahe |
Divisi :
Spermatophyta
Sub-divisi :
Angiospermae
Kelas :
Monocotyledoneae
Ordo :
Zingiberales
Famili :
Zingiberaceae
Genus :
Zingiber
Species :
Zingiber officinale
Tanaman Jahe adalah tanaman yang masuk dalam golongan suku temu-temuan (
Zingiberaceae), tanaman yang sefamili dengan dengan jahe adalah temulawak (
Cucuma xanthorrizha), kunyit (
Curcuma domestica), temu hitam (
Curcuma aeruginosa), lengkuas (
Languas galanga), kencur (
Kaempferia galanga) dan lain-lain.
Di Indonesia, jahe memiliki beberapa nama lokal/daerah, diantaranya nama daerahnya adalah beeuing (Gayo), halia (Aceh), sipodeh (Minangkabau), bahing (Batak Karo), jahi (Lampung), jhai (Madura), jae (Jawa dan Bali), melito (Gorontalo), jahe (Sunda), geraka (Ternate), dan sebagainya.
Jahe merupakan tanaman obat yang banyak dan mudah dijumpai di sekitar kita, hampir di seluruh tempat di Indonesia dapat dengan mudah menemukan tanaman ini,
Tanaman jahe termasuk kedalam kategori suku Zingiberaceae. Nama ilmiah dari jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi, dari bahasa sanskerta singaberi.
Jahe termasuk salah satu tanaman herbal yang sangat populer sebab dapat diolah menjadi berbagai macam produk, baik itu sebagai obat-obatan herbal, masakan, minuman, permen dan lain sebagainya. Di Indonesia tanaman ini dibudidayakan secara luas, bahkan tanaman ini kadang ditanam di pekarangan rumah sebagai apotik hidup.
|
Jahe |
Pada awalnya tanaman jahe berasal Asia Pasifik, daerah penyebaran tanaman ini adalah dari daratan India hingga ke Cina, oleh karena itu kedua bangsa inilah yang pada mulanya banyak memanfaatkan tanaman ini, baik sebagai bahan obat-obatan maupun sebagai bahan rempah-rempah yang dicampurkan ke dalam makanan ataupun minuman.
Jahe (Zingiber officinale) digunakan secara luas sebagai bumbu masakan di seluruh dunia. Bagian yang digunakan adalah rimpangnya. Di Indonesia, jahe adalah bahan utama untuk membuat wedhang jahe, suatu minuman yang berfungsi antara lain sebagai penghangat badan dan sangat cocok untuk disajikan di daerah yang memiliki hawa seju..
Sperti telah disebutkan di atas tadi , pada awalnya jahe diketahui berasal dari Cina, kemudian menyebar ke India, Asia Tenggara, Afrika Barat, dan kepulauan Karibia. Jahe mengandung lebih dari 3% minyak atsiri, yang membuatnya menjadi beraroma khas.
Komponen penyusun utama jahe adalah seskuiterpenoid, dengan zingiberene sebagai zat utamanya. Seskuiterpenoid lain meliputi sesquiphellandrene, bisabolene, dan farnesene. Terdapat juga senyawa jenis monoterpenoid, yaitu β-phelladrene, cineol, dan citral dalam jumlah sedikit.
Rasa jahe yang tajam disebabkan oleh kandungan senyawa turunan fenilpropanoid, yaitu gingerol dan shogaol. Jahe bersifat merangsang pembentukan air liur (saliva). FDA telah mengakui jahe sebagai herba yang secara umum aman digunakan, meskipun dapat berinteraksi dengan beberapa jenis obat, contohnya warfarin (obat anti pembekuan darah).
Orang yang memiliki masalah dengan batu empedu sebaiknya menghindari jahe, karena dapat memacu pelepasan cairan empedu. Pada percobaan dengan hewan di laboratorium, gingerol mampu menaikkan pergerakan saluran cerna dan juga memiliki khasiat analgesik (meredakan nyeri), sedatif, antipiretik (menurunkan panas), serta khasiat anti bakteri.
Zat kimia yang terkandung di jahe juga aktif terhadap sejenis diare yang merupakan salah satu penyebab kematian utama pada bayi di negara berkembang. Zingerone nampaknya senyawa kimia yang aktif terhadap E. coli penyebab diare.
Melalui berbagai penelitian, jahe terbukti mampu mengatasi rasa mual akibat mabuk laut, morning sickness, dan akibat kemoterapi. Umbi jahe mengandung senyawa oleoresin yang lebih dikenal sebagai gingerol yang bersifat sebagai antioksidan. Sifat inilah yang membuat jahe disebut-sebut berguna sebagai komponen bioaktif antipenuaan. Komponen bioaktif jahe dapat berfungsi melindungi lemak/membran dari oksidasi, menghambat oksidasi kolesterol, dan meningkatkan kekebalan tubuh.
Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah.
Jahe dikelompokkan menjadi 3 jenis pengelompokan, hal ini didasarkan atas bentuk, warna dan rimpang jahe tersebut. Umumnya kita mengenal 3 varietas dari jahe , yaitu :
1.
Jahe kuning besar/putih atau biasa juga disebut jahe badak atau
jahe gajah.
Memiliki rimpang yang lebih besar dan lebih gemuk, ruasnya lebih menggembung dari varietas yang lainnya. Jahe jenis ini umumnya dikonsumsi baik saat berumur muda ataupun berumur tua, dikomsumsinya pun baik dalam bentuk olahan maupun yang masih segar.
2.
Jahe kuning kecil/putih atau dibeberapa tempat biasa disebut dengan sebutan
jahe sunti/
jahe emprit.
Ruas rimpangnya berukuran kecil, bentuknya agak rata sampai sedikit menggembung. Jahe ini dipanen selalu setelah jahe tersebut berumur tua. Memiliki kandungan minyak atsiri yang jauh lebih banyak dari pada jahe gajah, hal ini membuat rasanya lebih pedas dari pada jahe jenis lainnya, disamping itu juga memiliki serat yang tinggi. Jahe ini sangat baik untuk dibuat sebagai bahan ramuan obat-obatan, ataupun untuk diambil oleoresin dan minyak atsirinya.
3.
Jahe merah.
Memiliki rimpang yang berwarna merah dan memiliki ukuran yang lebih kecil dari pada jahe putih kecil. Jahe merah selalu dipanen pada saat telah berusia tua, sama halnya dengan jahe kecil, jahe merah juga memiliki kandungan minyak atsiri yang tinggi, sehingga jahe merah umumnya digunakan sebagai bahan ramuan obat-obatan.
|
Jahe Merah |
Uraian :
Jahe Merah
Jahe atau yang biasa dikenal dengan nama latin Zingiberaceae ternyata memiliki beberapa jenis. Salah satunya adalah Zingiberaceae Officinale Rose atau yang lebih dikenal dengan nama jahe merah. Mungkin beberapa orang tidak mengetahui jenis jahe ini.
Bila dilihat secara sepintas, bentuknya tidak ada yang berbeda dengan jahe biasa yang digunakan untuk memasak. Hanya saja ukurannya lebih kecil dari jahe biasa. Warna jahe ini merah muda hingga tua, tak heran jika diberi julukan jahe merah.
Jahe biasa dengan jahe merah memiliki kandungan yang serupa namun dengan konsentrasi yang berbeda.
Jahe merah sering dijadikan campuran obat tradisional. Hal ini karena aroma dan rasanya yang lebih pedas jika dibandingkan dengan jahe biasa. Kalau jahe merah digunakan untuk masakan, justru akan merusak dari rasa utama masakan tersebut.
Jahe merah mengandung minyak astiri yang cukup tinggi. Terdiri dari zingeberin, kamfena, zingebern, gingeral, dan juga shogool. Selain itu juga jahe merah mengandung asam aksolat, gingerin, asam malat, dan juga asam organik.
Jahe merah diketahui berkhasiat sebagai pencahar, antirematik, dan obat masuk angin.
Selain itu, jahe merah juga bisa mengobati radang tenggorokan, sakit pinggang, meredakan asma, mengobati nyeri otot, menghangatkan badan, penambah nafsu makan, serta mencegah masuk angin. Karenanya setiap orang yang meminum jahe merah akan merasa lebih segar dan juga bisa membangkitkan gairah seks. Karena rasa panas dan hangatnya membuat pembuluh darah lebih terbuka dan aliran darah menjadi lancar.
Dengan kata lain bisa mengatasi gangguan ereksi atau mencegah impotensi.
Meskipun jahe merah ini cukup baik mengobati beberapa jenis penyakit, tapi untuk mereka yang menderita penyakit maag harus berhati-hati. Kandungan gingerol nya yang tinggi bisa membuat lambung panas dan teriritasi. Sehingga menambah kronis si penderita maag.
Di Cina, jahe merah digunakan sebagai viagra alami, merangsang keluarnya air susu ibu, mendorong produksi getah bening, menjaga kekebalan tubuh, mencegah kemandulan dan memperkuat daya tahan sperma. Unsur farnesal yang terkandung dalam tanaman ini juga mampu mencegah proses penuaan karena merangsang regenerasi sel kulit.
Demikan sedikit ulasan mengenai jahe, khususnya jahe merah. Anda dapat mencoba
menggunakan jahe dengan berbagai cara dan resep untuk mempertahankan kondisi tubuh agar dapat tetap prima. Salam.